Makalah Fungsi Pergerakan
Foto: rmolbabel.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu fungsi manajemen adalah fungsi
penggerakan/aktuasi, yaitu untuk mengarahkan pelaksanan program. Aktuasi lebih
memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya manusia. Oleh karena itu,
fungsi aktuasi lebih menekankan pada manajer dalam mengarahkan dan menggerakkan
semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati. Fungsi pergerakan dalam suatu organisasi adalah usaha untuk
tindakan dari pimpinan dalam rangka menimbulkan kemauan dan membuat staf mengerti
dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Untuk menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia
dalam organisasi istilah leading, directing, commanding,
staffing, motivating, coordinating, communicating dan dicipline merupakan
hal pokok yang perlu mendapat perhatian para manajer organisasi.
Fungsi penggerakan/aktuasi dalam organisasi bertujuan
agar terciptanya kerjasama yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staff, menumbuhkan rasa memiliki dan mencintai pekerjaan,
mengusahakan lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja staff dengan tugas dan wewenang yang telah ditetapkan, serta membuat
organisasi berkembang secara dinamis demi tercapainya tujuan yang dikehendaki secara
efektif dalam organisasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan pergerakan dan pentingnya penggerakan?
2. Apa
peranan pemimpin dalam penggerakan?
3. Apa
saja teori-teori kepemimpinan?
4. Apa
saja fungsi motivasi dan kebutuhan Manusia (Needs)?
5. Apa
saja tantangan terhadap fungsi penggerakan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui arti
pergerakan dan pentingnya penggerakan?
2.
Untuk mengetahui
peranan pemimpin dalam penggerakan?
3.
Untuk mengetahui
teori-teori kepemimpinan?
4.
Untuk Mengetahui fungsi
motivasi dan kebutuhan Manusia (Needs)?
5.
Untuk mengetahui
tantangan terhadap fungsi penggerakan?
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain sebagai berikut:
a. Memenuhi
tuntutan tugas dari dosen
b. Dapat menambah
wawasan dari ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pergerakan (Actuating)
1.
Pengertian (Pengarahan / Pergerakan)
Dari
seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan
fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam
hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah
bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
1)
Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
2)
Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan
manfaat bagi dirinya,
3)
Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau
tugas lain yang lebih penting,atau mendesak,
4)
Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
bersangkutan dan
5)
Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut
harmonis.
2.
Prinsip-Prinsip Pengarahan
Pengarahan
merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para
bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta
efesien untuk mencapai tujuan.
Dalam
manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut
manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu
sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki
pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang
dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
1)
Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada
prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin
besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat
berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan
dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti :perencanaan, struktur
organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan
untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
2)
Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi
kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka
mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu
besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis
dengan kepentingan perusahaan.
Semua ini dipengaruhi oleh motivasi
masing-masing individu. Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk
memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila
mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan
kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
3)
Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting
untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para
bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan
hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian
instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh
hasil maksimal.
3.
Cara-Para Pengarahan
Pada
umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang
dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara pengarahan yang dilakukan dapat
berupa:
1)
Orientasi
Orientasi merupakan cara
pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar supaya kegiatan dapat
dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini diberikan kepada pegawai baru
dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan pengerian atas
berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa
orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah
dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang
membuat mereka kurang mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu
diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan
perananya. Informasi yang diberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain,
:
1.
Tugas itu sendiri
2.
Tugas lain yang ada hubungannya
3.
Ruang lingkup tugas
4.
Tujuan dari tugas
5.
Delegasi wewenang
6.
Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi
kerja
7.
Hubungan antara masing-masing tenaga kerja,
Dst.
2)
Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan
kepada orang-orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu
kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari
atasan, dan ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus
perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada
orang lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada di
bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
a.
Perintah umum dan khusus
Penggunaan
perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer, kemampuan untuk
meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh bawahan. Perintah umum
memiliki sifat yang luas, serta perintah khusus bersifat lebih mendetail.
b.
Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan
bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi apakan perintah harus
diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah tertulis memberikan
kemungkinan waktu yang lebih lama untuk memahaminya, sehingga dapat menghindari
adanya salah tafsir. Sebaliknya, perintah lisan akan lebih cepat diberikan
walaupun mengandung resiko lebih besar. Biasanya perintah lisan ini hanya
diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah.
c.
Perintah formal dan informal
Perintah
formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan sesuai dengan
tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi. Sedangkan perintah
informal lebih banyak mengandung saran atau dapat pula berupa bujukan dan
ajakan. Contoh perintah
informal antara lain dapat berupa kata-kata:
3)
Delegasi Wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika
dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini,
pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.
Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana
tugas-tugas akan diberikan kepada bawahan itu tidak jelas, misalnya
kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan wewenang. Ini dapat menimbulkan
keengganan bawahan untuk mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh, seorang
Kepala Bagian Pembelian mengadakan perjanjian pembelian dengan pihak penyedia
(supplier) dengan wewenang yang kurang jelas itu, ia akan menanyakan kepada
pimpinan, yang jawabannya belum tentu memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan
membuat suatu bagan wewenang untuk menyetujui perjanjian.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian
selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen
adalah mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi yang
terbentuk.Langkah tersebut adalah actuating yang secara harfiah
diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong
diartikan penggerak atau pelaksanaan. Secara praktis fungsi actuating
ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana
program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan dibawah ini:
-
Penentuan masalah
-
Penetapan tujuan
-
Penetapan tugas dan sumber
daya penunjang
-
Menggerakkan dan
mengarahkan
-
Memiliki keberhasilan SDM.
Berikut ini adalah beberapa elemen pengarahan
dalam manajemen:
1.
Coordinating
Koordinasi
adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat suatu
komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai .
2.
Motivating
Memberi
motivasi kepada karyawan merupakan salah satu elemen penting dalam manajemen
perusahaan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang cukup maka
kinerja para karyawan dalam perusahaan pun akan optimal.
3.
Communication
Komunikasi
antara para pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dengan menjalin komunikasi yang baik maka akan menimbulkan suasana
kerja yang kondusif di perusahaan dan akan menumbuhkan teamwork atau kerjasama
yang baik dalam berbagai kegiatan perusahaan.
4.
Commanding
Dalam
memberi perintah pun seorang atasan tidak bisa seenaknya, tetapi harus
memperhitungkan langkah – langkah dan resiko dari setiap langkah yang para
atasan itu ambil karena setiap keputusan dan langkah akan memberi pengaruh bagi
perusahaan.
Dengan
pengarahan yang baik dari para atasan dan tujuan , visi dan misi yang jelas
dari suatu manajer perusahaan dapat menimbulkan efek yang positif untuk
perusahaan itu sendiri, antara lain teamwork yang baik dan dapat memunculkan
decision maker yang bagus. Karena decision makin dan teamwork dalam suatu
perusahaan adalah kunci kesuksesan suatu perusahaan untuk mencapai goal atau
tujuan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin.
Fungsi
fundamental ke tiga dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan
pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela
untuk melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan perusahaan.
“Menggerakan merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa
sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan
yang bersangkutan dan anggota perusahaan tersebut oleh karena anggota itu ingin
mencapai sasaran tersebut” (Terry:2006:313)
Fungsi
pundamental ketiga dari fungsi manajerial adalah menggerakan orang untuk
melaksanakan aktifitas organisasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Menggerakan
jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman terhadap karakter
manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis, sehingga membutuhkan
adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating jauh lebih rumit
oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif begitu kentara
sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan
pengorganisasian terlebih dulu.
Premis
yang begitu fenomenal diungkapkan Doghlas McGregor bahwa seorang
karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif :
1.
Teori X, yang
menganggap
a.
Kebanyakan karyawan yang bekerja pada suatu
perusahaan bekerja sesedikit mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan,
b.
Kebanyakan karyawan harus dibujuk.dipersuasi,
diberikan penghargaan, diuhkum dan diawasi untuk mengubah kelakuan mereka agar
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi.
c.
Kebanyakan karyawan ingin diberikan pengarahan
oleh seorang menejer formal dan dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk
menghindari tanggung jawab.
2.
Teori Y menyatakan :
a.
Kebanyakan karyawan memiliki kapasitas untuk
menerima tanggungjawab dan potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui
tindakan-tindakannya harus membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut.
b.
Kebanyakan karyawan ingin memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan akan pengahrgaan dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri sendiri.
4.
Tujuan Pergerakan/pengarahan
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah
:
1)
Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2)
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3)
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan
4)
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf
5)
Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
5.
Fungsi Penggerakan
Fungsi
aktuasi haruslah dimulai dari diri manager dengan menunjukkan kepada staf bahwa
dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia
harus memiliki kemampuan kerjasama, harus bersikap obyektif. Ada 4 jenis utama fungsi penggerakan
1)
Koordinasi kegiatan
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan
sesuai rencana, manajemen harus memastikan bahwa semua kegiatan sebelumnya
telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Untuk mengkoordinasi pekerjaan tim
kesehatan, pekerja kesehatan yang bertugas harus :
- Mengkoordinasikan
fungsi para aggota tim kesehatan
- Mengkoordinasikan
kegiatan
- Menyampaikan
keputusan
2)
Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat
yang tepat meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi
3)
Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan
dana yang diperlukn meliputi :
- Pemantauan dan
pengawasan
- Logistik (
perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman, penyebaran dan pengembalian
barang )
- Akuntasi
- Organisasi
4)
Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang
diperlukan Berkaitan
dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi kegiatan,
manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan.
6.
Faktor – Faktor Fenghambat Fungsi Penggerakan
Kegagalan
manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya, hal ini terjadi karena manajer
kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti konsep
perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang menjadi
prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan
sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan
self esteem. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos kerja dan
produktifitas kerja.
7.
Faktor – Faktor Pendukung Fungsi Penggerakan
Faktor-faktor
yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya :
1)
Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan
adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha dengan ikhlas
untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki kepemimpinan
tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer
yang demikian akan gagal dalam usahanya. Sifat-sifat kepemimpinan menurut
Harold koontz, diantaranya sebagai berikut :
-
Memiliki kecerdasan orang-orang yang
dipimpin
-
Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang
menyeluruh
-
Memiliki kelancaran dalam berbicara
-
Matang dalam berpikir dan emosi
-
Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk
memimpin
-
Memahami/menghayati kepentingan kerja sama.
2)
Sikap dan Moril (Attitude and Morale)
Sikap
ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan
bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola
hidupnya. Beberpa sikap manajer diantaranya yaitu :
1.
Sikap feudal (feudal attitude)
Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir,
berperasaan dan bertindak sesuai dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu
suka terikat oleh aturan-aturan tertentu yang telah teradat dan selalu ingin
penghormatan yang serba lebih. Dengan demikian dalam masyarakat feudal dimana
sikap anggota masyarakat sesuai dengan pola hidup feodalisme akan sukar lahir
kepemimpinan demokratis dariad para manajer, mengingat manajer tersebut hidup
dari masyarakat feudal.
2.
Sikap Kediktatoran (Dictatorial attitude).
Manajer yang bersikap kediktatoran akan
berpikir berperasaan dan bertindak sebagai dictator yang mempunyai kekuasaan
mutlak, sehingga bawahan, pekerja akan menjadi sasaran daripada kekuasaannya.
3.
Tata hubungan
(Communication)
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan
dengan efektif, pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif,
penggerakan managerial diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan
efektif. Dalam melakukan komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam
diantaranya :
a.
Komunikasi intern, yaitu
komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik antara atasan
dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan dengan bawahan
atau sebaliknya.
b.
Komunikasi Ekstern, yaitu komunikasi yang dilakukan keluar
organisasi.
c.
Komunikasi Horizontal, yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern
maupun ekstern antar jabatan yang sama.
d.
Komunikasi Vertikal, yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern
organisasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
4.
Perangsang (Incentive),
insentif
ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.
5.
Supervisi
(Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga
dengan pengawasan, sehingga suka timbul kekacauan pengertian dengan kata
pengawasan sebagai terjemah dari kata control. Menurut Terry Supervsi ialah
kegiatan pengurusan dalam tingkatan organisasi dimana anggota manajemen dan
bukan anggota manajemen saling berhubungan secara langsung. Dengan demkian
tugas supervisor cukup berat karena ia harus dapat menemukan
kesalahan-kesalahan dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk
menyelesaikan sesuatu pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang
mengalami kesulitan.
6.
Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak
dan watak untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis
disiplin ada dua :
1)
Self Imposed discipline (disiplin yang timbul
dengan sendirinya).
2)
Command Discipline (Disiplin berdasarkan
perintah).
Hal – hal yang
perlu diperhatikan manajer dalam fungsi penggerakan
a.
Manajer harus bekerja lebih produktif
b.
Manajer perlu memahami ilmu psikologi,
komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi
c.
Manajer harus mempunyai tekat untuk mencapai
kemajuan dan peka terhadap lingkungan
d.
Manajer harus bersikap obyektif
B.
Motivasi
1.
Pengertian Motivasi
Motivasi
sebagai “proses psikologikal yang yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya
dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan
tertentu” (Mitchell, 1982:81)
Motivasi
sebagai “kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk
memenuhi kebutuhan individual tertentu” (Robbins et.al, 1999:50)
Motivasi
adalah “hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi
seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk
mengikuti arah tindakan tindakan tertentu” (Gray, 1984:69)
2.
Teori Motivasi
Menurut
Landy & Becker (1987) teori motivasi dikategorikan dalam 5 macam
yaitu : teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory),
teori ekpektansi (expectancy theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting
theory).
a.
Teori kebutuhan
1.
Teori hirarkhi kebutuhan Abraham
Maslow yang mengungkapkan Motivasi manusia berhubungan dengan 5 macam
kebutuhan yang berhirarkhi yaitu :
-
Kebutuhan psikologis
-
Kebutuhan akan keamanan
-
Kebutuhan akan apeksi
-
Kebutuhan akan pandangan masyarakat
-
Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri
2.
Teori Erg dari Clayton
P. Alderifer (1972) yaitu terkenal dengan teori (ERG yaitu Existence
needs=E, Relatedness needs = R dan Growth needs =
G)
3.
Teori kebutuhan mencapai prestasi dan McClelland
(1940) (motivasi berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang
akan prestasi
4.
Teori Higiene motivator dari Frederick
Herzberg (1959) yang berpendapat bahwa motivasi merupakan dampak langsung
dari kepuasan kerja dimana didalamnya ada motivator kerja dan ada faktor
higiene dalam bekerja.
b.
Teori keadilan (Kreitner et.al., 1989)
Yang berpendapat orang-orang berupaya
mendapatkan kelayakan dan keadilan dalam pertukaran-pertukaran sosial atau
hubngan memberi dan menerima. Tendensi keadilan dan ketidak adilan :
1.
Seorang individu akan berupaya untuk
memaksimalisasi jumlah hasil positif yang diterima olehnya.
2.
Orang-orang menolak untuk memperbesar
masukan-masukan apabila hal tersebut memerlukan upaya atau biaya besar.
3.
Orang menolak perubahan behavioral atau
kognitif dalam masukan-masukan yang penting bagi konsep diri mereka atau harga
diri mereka.
4.
Daripada mengubah kognisi tentang diri sendiri
seorang individu cenderung mengubah kognisi tentang perbandingan mengenai
masukan dan hasil pihak lain.
5.
Meninggalkan lapangan ahanya akan dilakukan
apabila ketidak adilan hebat, tidak dapat diatas dengan metode lain.
c.
Teori ekpektansi
Orang-orang termotivasi untuk berprilaku dengan
cara-cara menimbulkan kombinasi-kombinasi hasil-hasil yang diekpektansikan yang
didalamnya ada prinsip hedonisme.
1.
Teori ekpektansi Victor Vroom (1964) :
Kekuatan
motivasi tergantung pada ekpektansi (keyakinan sendiri untuk
melakukan sesuatu) sesorang dengan konsep pokok ekpektansi (apakah
kiranya saya dapat mencapai tingkat kinerja tugas yang diinginkan), instrumentalis
(hasil kerja apakah akan saya peroleh sebagai hasil kinerja saja) dan valensi
(bagaimankah penilaian saya tentag hasil-hasil kerja) dengan membuat
persamaan bahwa motivasi merupakan hasil dari ekpektansi kali instrumentalitas
kali valensi.
Teori
ekpektansi memprediksi bahwa motivasi untuk bekerja keras untuk kenaikan upah
akan rendah apabila :
1.
Ekpektansi rendah-seseorang merasa bahwa ia
tidak mampu mencapai tingkat kenerja yang diperlukan.
2.
Instrumentalis rendah-orang yang bersangkutan tidak
yakin bahwa sutau tingkat kinerja tugas akan menyebabkan kenaikan dalam imbalan
3.
Valensi rendah-orang yang bersangkutan kurang
menghargai kenaikan dalam imbalan
4.
Setiap kombinasi dari ketiga macam kemungkinan,
mungkin terjadi.
d.
Teori pencapaian tujuan (Edwin A.Locke)
Teori ini diaplikasikan dalam teknik manajemen
berdasarkan sasaran (Management by Objective) dan Locke berpendapat “kinerja
cenderung meningkat sewaktu tujuan menjadi semakin sulit dicapai tetapi hal
tersebut akan berlangsung hingga titik tertentu, spesifikasi tujuan secara
menyeluruh yang disertai kesulitan-kesulitan ternyata sangat kuat berkaitan
dengan kinerja tugas”. dimana penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasional sebagai berikut :
a.
Tujuan mengarahkan perhatian
b.
Tujuan mengatur upaya
c.
Tujuan meningkatkan persistensi
d.
Tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan
3.
Model Motivasi Manusia
1)
Model maslow :
a.
Manusia sebagai makhluk yang serba berkeinginan
(man is a wanting being)
b.
Sebuah kebutuhan yang dipenuhi bukanlah sebuah motivator
prilaku
c.
Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri
tingkatan-suatu hirakhi menurut pentingnya masing-masing kebutuhan
2)
Model instink (Berelson,1972; Lawless,1972)
oleh instink yang merupakan tendensi yang ada
dalam diri manusia untuk bereaksi dengan cara tertentu
3)
Model hedonism, Motivasi dipengaruhi oleh tuntutan sederhana
upaya meminimalisasi perasaan sakit dengan mencari kesenangan dan kegembiraan
maksimal
4)
Model motivasi yang tidak disadari (Davidson,
1952)
Model instink dan hedinistik dalam hal
menerangkan eksistensi dan peranan proses mental yang berlangsung dibawah sadar
yang mempengaruhi prilaku.
5)
Model manusia rasional.
Masing-masing individu sadar akan pola
kebutuhan dan keinginan pribadi dengan pertimbangan akalnya.
6)
Model manusia social
Seorang individu dan prilakunya dipengaruhi
oleh ekspektansi dan tekanan sosial, orang-orang dengan siapa ia bekerjasama. Sifat-sifat Manusia:
a.
Sebuah fenomin individual-masing-masing
individu bersifat unik dan fakta tersebut harus diingat pada riset motivasi.
b.
Motivasi bersifat intensional-apabila seseorang
karyawan melaksanakan suatu tundkaan maka hal tersebut disebabkan karena orang
tersebut secara sadar telah mimilih tindkaan tersebut.
c.
Motivasi memiliki macam-macam fase-para periset
telah menganalisis berbagai macam aspek motivasi dan termasuk didalamnya
bagaimana motivasi tersebut ditimbulkan, bagaimana ia diarahkan dan pengaruh
apa menyebabkan timbulnya persistensinya dan bagaimana motivasi dapat
dihentikan
d.
Tujuan teori motivasi adalah memprediksi prilaku-perlu
ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, prialku dan kinerja. Motivasi
penebab prialku, andaikata prialku tersebut efektif, maka akibatnya adalah
berupa kinerja tinggi (Mitchell, 1982:88)
4.
Sepuluh Motivator Kerja
a.
Pemerkaya jabatan (job enrichment) dan rotasi
kerja
b.
Partisipasi
c.
Manajemen berdasarkan hasil
d.
Manajer penggandaan
e.
Kekuatan fikiran
f.
Hubungan manusia yang realistis
g.
Lingkungan kerja dimana pekerjaan dilaksanakan
h.
Jam kerja yang fleksibel
i.
Kritik efektif
j.
Tiada kesalahan sama sekali
5.
Menurunnya Sebuah Motivasi
Kekuatan
sebuah motivasi cenderung menyusut apabila terpenuhi atau terhalangi dalam
pemenuhannya yang antara lain :
1.
Kebutuhan yang sudah dipenuhi, bukan lagi
sebuah motivator prilaku
2.
Pemenuhan kebutuhan yang terhalangi akan pencapaian
kepuasannya.
3.
disonansi kognitif (motiv yang
terhalangi dan prilaku penyeusian yang terus menerus tidak berhasil dapat
menyebakan timbulnya bentuk-bentuk prialaku penyesuaian yang tidak rasional)
4.
Frustasi (dihalanginya
pencapaian tujuan bisa menyebabkan frustasi dengan prilaku seperti agressi,
regresi, fiksasi dan resignasi)
5.
Rasionalisasi (mengemukakan
dalih-dalih karena ketidakmampuannya)
6.
Regresi (tidak
berprilaku sesuai dengan umur)
7.
Fiksasi (apabila
seseorang terus menerus memperlihatkan pola prilaku sama, terus menerus,
walaupun pengalaman menunjukan bahwa hal tersebut tdiak memberikan hasil
apa-apa)
8.
resignasi/apati (frustasi
dalam jangka waktu lama dan kehilangan harapan sehingga menarik diri dari
kenyataan.
C.
Kepemimpinan
1.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sikap dan
perilaku untuk memengaruhi para bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga
membentuk jalinan kerja yang harmonis agar tercapai efisiensi dan efektivitas
guna mencapai tingkat produktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Chester I. Barnard berpendapat bahwa
kepemimpinan memiliki dua aspek. Pertama yaitu kelebihan individual teknik
kepemimpinan. Seseorang yang memiliki kondisi fisik yang baik, memiliki
keterampilan yang tinggi, menguasai teknologi, memiliki persepsi yang tepat,
memiliki pengetahuan yang luas, memiliki ingatan yang baik, serta imajinasi
yang meyakinkan akan mampu memimpin bawahan. Kedua, yaitu keunggulan dalam hal
ketegasan, keuletan, kesadaran dan keberhasilan.
Setelah perencanaan dibuat dan stuktuk
organisasi terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah pengisian jabatan dalam
organisasi, dikalangan para ahli manajement ada bermacam-macam pendapat tentang
kepemimpinan, ada yang berpendapat kepemimpinan adalah fungsi leadership, fungsi
motivating atau fungsi modeling.
Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan yaitu
mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Hal ini
dilakukan oleh para pemimpin dengan terlebih dahulu menetapkan tujuan yang
jelas, yang berisi arahan kemana usaha para bawahan akan dibawa/arahkan. Tanpa
adanya tujuan yang jelas, akan sangat sulit bagi pemimpin untuk mengarahkan
para bawahannya agar mencapai tujuan.
Selain itu, dalam megarahkan para bawahannya
untuk memcapai tujuan yang telah ditetapkan, para pemimpin harus mengembankan
mekanisme Reward and Punishment (ganjaran dan hukuman). Reward
diberikan bagi karyawan yang memiliki kinerja pekerjaan yang baik,
sedangkan punishment diberikan bagi karyawan yang memiliki kinerja kerja
yang buruk.
Kepemimpinan juga harus memiliki sifat
memengaruh (influencing) yakni dalam hal ini pemimpin harus mampu
memengaruhi para bawahannya baik dengan perkataan, sikap, kepribadian dan
perbuatannya agara para bawahan tersebut mau bekerja sama dalam proses pencapaian
tujuan perusahaan.
Walaupun pemimpin bukan merupakan manusia
sempurna, tetapi seorang pemimpin senantiasa dituntut oleh para bawahannya
untuk memiliki pengetahuan, keahlian, dan terutama kualitas kepribadian yang
lebih sempurna dibandingkan dengan orang ang dipimpinnya. Bahkan untuk
menciptakan citra bahwa pemimpin tersebut merupakan manusia yang sempurna,
seorang pemimpin kerap melakukan Manajemen Kesan (Imperssion management)
seolah-olah dia adalah pemimpin yang sempurna. Tetapi manajemen kesan bukan
merupakan cerminan keadaaan pemimpin itu apa adanya.
Pemimpin juga memiliki wewenang, yaitu hak yang
dimiliki pemimpin untuk memerintah orang lain (bawahannya) dalam
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan. Wewenang ini berasal
dari kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin.dengan demikian, kekuasaan
yang dimiliki pemimpin tidak sama dengan kekuasaan yang dimiliki bawahanny.
Yakni dalam hal inin para pemimpin memiliki kekuasaan yang lebih besar dari
para bawahannya. Kekuasaan para
pemimpin berasal dari :
a.
Legitimate power
Yakni dalam hal ini pemimpin memiliki kekuasaan
karena dia diberi kewenangan oleh pemegang kekuasaan yang lebih tinggi.
b.
Expert Power
Dalam hal ini kekuasaan dimiliki seorang
pemimpin karena keahlian yang lebih menonjol dalam bidang keahliannya sehingga
dia diakui otoritas keahliannya.oleh orang lain.
c.
Reward Power
Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
karena pemimpin tersebut gemar memberikan hadiah terutama dalam bentuk materi.
d.
Coercive Power
Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin
karena dia memiliki kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap
perintahnya. Kekuasaan jenis ini terutama banyak ditemukan dalam organisasi
yang bersifat otoriter.
e.
Referrent Power
Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin
karena wibawa yang dia miliki. Sedangkan kewibawaannya tidak selaran dengan
perkataannya.
Menurut
Stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan
yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting:
1.
Kepemimpinan melibatkan orang lain (bawahan
atau pengikut), kualitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam
menerima pengarahan dari seorang pemimpin.
2.
Kepemimpinan merupakan pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai
wewenang dalam mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan
sebaliknya bahwa anggota kelompok atas bawahan secara tidak langsung
mengarahkan kegiatan pemimpin.
3.
Kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi
bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pemimpin tidak dapat
mengatakan pada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.
2.
Teori Kepemimpinan
G.R. Terry sebagai salah seorang
pengembang ilmu manajemen mengemukakan tipe kepemimpinan sebagai berikut :
1)
Kepemimpinan pribadi (Personal
leadership)
Instruksi disampaikan secara oral ataupun langsung
pribadi disampaikan oleh manejer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini
sering dianut oleh perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan sangatlah
kecil.
2)
Kepemimpinan nonpribadi
(nonpersonal leadership)
Segala peraturan dan kebijakan yang berlaku pada
perusahaan melalui bawahannya atau menggunakan media nonpribadi, baik
rencana, instruksi, maupun program pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan
dan harus diaplikasikan.
3)
Kepemimpinan otoriter (Authoritarian
leadership)
Pemimpin yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara
sungguh-sungguh, teliti dan cermat. Pemimpoin bekerja menurut peraturan dan
kebijakan yang berlaku dengan ketat. Meskipun agak kaku dan segala instruksinya
harus dipatuhi oleh para bawahan
4)
Kepemimpinan demokratis (Democrative
leadership)
Pada kepemimpinan yang demokratis, pemimpin
beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen
perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab
terhadap perusahaan.
5)
Kepemimpinan paternalistic
(Paternalistic leadership)
Dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan
dalam hubungan antara pemimpin dengan perusahaan. Tujuannya adalah untuk
melindungi dan memberikan arah, tindakan dan perilaku ibarat peran seorang anak
kepada bapaknya.
6)
Kepemimpinan menurut bakat
(Indigenous leadership)
Biasanya muncul dari kelompok informal yang didapatkan
dari pelatihan meskipun tidak langsung.
3.
Pendekatan Studi Kepemimpinan
Untuk
mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan :
1.
Kepemimpinan itu tumbuh dari bakat
2.
Kepemimpinan tumbuh dari perilaku
Pendekatan ini berasumsi bahwa seseorang yang
memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai ia akan
muncul pemimpin dalam situasi kelopok yang ia masuki.
3.
Bersandar pada pandangan situasi
Pandangan ini
berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifis
pemimpin bervariasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan
dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu
pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin
berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan
pendekatan kontingensi yang menentukan efektivitas situasi gaya pemimpin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencapaian
tujuan perusahaan sering kali tidak dapat dilakukan dengan mudah. Berbagai
kendala dapat dihadapi perusahaan dalam perjalanannya mencapai tujuan. Gejolak
perekonomian, aktivitas pesaing semakin agresif dan berbagai kesulitan yang
menghadang sering kali membuat tujuan yang hendak dicapai perusahaan menjadi
tidak mudah.
Permasalahan
yang sama terjadi pada saat perusahaan ingin melakukan perubahan agar lebih
sesuai dengan tuntutan pasar. Sumber daya manusia perusahaan yang sudah
terbiasa dengan cara lama (old fashion) akan memiliki keengganan untuk berubah
(resistant to change), karena tujuan baru perusahaan yang ingin dikejar masi
terlalu samar. Sehingga mereka khawatir perubahan tersebut hanya akan
menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi kepentingan karyawan.
Oleh karena
itu, dalam menghadapi situasi-situasi tersebut di atas, perusahaan membutuhkan
beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi Aktuating. Sehingga diharapkan
dengan berjalannya fungsi actuating ini, kelancaran dalam operasional manajemen
dapat berlangsung dengan baik.
Daftar Pusaka
Bennis, Warren, Menjadi Pemimpin Efektif (On
Becoming a Leader), Alih bahasa Anna W.Bangun, Elex Media Komputindo, 1994
Covey, Stepehen R, The 7 Habits of Highly
Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif), edisi revisi,
alih bahasa Drs, Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997
Jones, Gareth R. Organizational Theory :
Text and Cases, Addison Wesley, 1995
Robbins, Stepehen P. Managing Today, 2nd
Ed, Prentice Hall, 2000
Stoner, James A.F., et al., Management, 6th
Ed., Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, 1995
0 Response to "Makalah Fungsi Pergerakan"
Post a Comment