Teori Manajemen
Foto: rocketmanajemen.com
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seperti
diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen
memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting
dalam rneneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan manajer.
IImu
manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Pada tahun 1886 Frederick
W. Taylor melakukan suatu percobaan time and motion study dengan teorinya ban
berjalan. Dari sini lahirlah konsep teori efisiensi dan efektivitas.
Kemudian Taylor menulis buku
berjudul The Principle of Scientific Management (1911) yang merupakan awal dari
lahirnya manajemen sebagai ilmu.
Di samping itu ilmu manajemen sebagai ilmu penegtahuan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Di samping itu ilmu manajemen sebagai ilmu penegtahuan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri
atas dua orang atau lebih.
2.
Adanya kerjasama dari kelompok terse but.
3.
Adanya kegiatan/proses/usaha
4.
Adanya tujuan
Selanjutnya ilmu manajemen merupakan
kumpulan disiplin ilmu sosial yang mempelajari dan melihat manajemen sebagai
fenomena dari masyarakat modem. Dimana fenomena masyarakat modem itu merupakan
gejala sosial yang membawa perubahan terhadap organisasi.
Pada kenyataannya manajemen sulit
dedifenisikan karena tidak ada defenisi manajemen yang diterima secara universal.
Mary Parker Follet mendefenisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini rnengandung arti bahwa para manajer
untuk mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk
melaksanakan berbagai tugas yang mungkin dilakukan. Manajemen memang bisa
berarti seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih dari pada itu.
Sehingga dalam kenyataannya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten
oleh semua orang. Stoner mengemukakan suatu defenisi yang lebih kompleks yaitu
sebagai berikut :
“Manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar rnencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Dari defenisi di atas terlihat bahwa
Stoner telah rnenggunakan kata “proses”, bukan “seni”. Mengartikan manajernen
sebagai “seni” mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau ketrampilan
pribadi. Sedangkan suatu “proses” adalah cara sistematis untuk rnelakukan
pekerjaan. Manajemen didefenisikan sebagai proses karena semua manajer tanpa
harus rnemperhatikan kecakapan atau ketrampilan khusus, harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan yang
diinginkan.
Setiap pandangan mungkin berguna
untuk berbagai masalah yang berbeda-beda. Ada tiga aliran pemikiran manajemen
yaitu :
1.
Aliran klasik
2.
Aliran hubungan manusiawi
3.
Aliran manajemen modern
4.
Aliran Kuantitatif (Riset Operesi dan manajemen Sains)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, penulis merumuskan permasalahkan sebagai berikut:
1. Bagaimana
prinsip teori manajemen aliran klasik?
2. Bagaimana
prinsip teori aliran hubungan manusiawi?
3. Bagaimana
prinsip aliran manajemen modern?
4. Bagaimana prinsip
aliran kuantitatif?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui
prinsip terori manajemen klasik.
2. Mengetahui
prinsip teori aliran hubungan manusiawi
3. Mengetahui
prinsip aliran manajemen modern
4. Mengetahui
prinsip aliran kuantitatif
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain sebagai berikut:
a.
Memenuhi tuntutan tugas dari dosen
b.
Dapat menambah wawasan dari ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Manajemen Klasik
Teori
manajemen klasik mengasumsikan bahwa orang bekerja secara rasional dan pada
dasarnya dipengaruhi oleh faktor ekonomis. Pekerja diharapkan untuk rasional
dan akan mengerjakan apapun yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang besar.
1.
Tokoh-Tokoh
Manajemen Klasik
Ada
dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya manajemen, yaitu:
1)
Robert Owen (1771-1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai
Mnajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan
perhatiannya pada penggunaan faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga
kerja. Dari hasil pengamatannya disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin
diadakan suatu perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga kerja
dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik kompensasi, kesehatan,
tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan memberikan
keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan
kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari
pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen
Personalia.
2)
Charles Babbage (1792-1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor
Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen.
Dia dipercaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan
menaikkan produktivitas dari tenaga kerja menurunkan biaya, karena
pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar
para manajer bertukar pengalaman dan dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen.
Pembagian kerja (devision of labour), mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
1.
Waktu yang diperlukan untuk belajar dari
pengalaman-pengalaman yang baru.
Banyaknya waktu yang terbuang bila
seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain akan menghambat
kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam
pekerjaannya.
2.
Kecakapan dan keahlian seseorang
bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
Adanya perhatian pada pekerjaannya
sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya padam itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling
menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema
perencanaan pembagian keuntungan.
Teori
klasik sendiri merupakan merupakan tinjauan tentang teori-teori umum dalam
manajemen organisasi. Dan yang sering dikaitkan dengan sudut pandang klasikal
adalah model organisasi birokratik. Teori organisasi secara sistematis baru
dikembangkan pada tahun 1850 di sini timbul sesuatu pemikiran yang
mempersoalkan bagaimana mengatur hubungan antara susunan organisasi itu dan
mengatur cara bekerjanya sehingga dalam suatu organisasi dapat bekerja
seefisien dan semaksimal mungkin. Organisasi sendiri dapat diartikan sebagai
´merencanakan bentuk umum daripada usaha dengan mengingat tujuan-tujuan usaha,
cara-cara melaksanakan usaha sebagai mana bisa diramalkan “. Di dalam
organisasi pasti ada sebuah tujuan yang bersifat kolektif atau pekerjaan
kolektif yang disetiap bagaian di atur atau di intregasikan dari pekerjaan
perseorangan.
Tokoh
dari aliran organisasi klasik ini yaitu Henri Fayol (1841-1925). Fayol diakui
sebagai penemu aliran menejemen klasik bukan karena dia adalah orang pertama
yang menemukan tingkah laku manajerial, tetapi karena dia adalah orang pertama
yang membuatnya menjadi sistematik. Peninggalan Fayol yang paling terkenal
adalah tentang lima fungsi utama manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasi,
memerintah, mengkoordinasi, dan mengontrol. Menurut Fayol, praktik manajemen
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat dipelajari oleh manajer
lain atau calon manajer. Selain lima fungsi utama manajer diatas, Fayol juga
terkenal dengan 14 Prinsip Manajemenya yaitu:
1)
Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan
kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena
itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the
right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif
yang didasarkan atas dasar like and dislike. Dengan adanya prinsip orang yang
tepat ditempat yang tepat (the right man in the right place) akan memberikan
jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja
yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam
pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan
dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer yang
berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan
menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.
2)
Wewenang dan tanggung jawab (Authority
and responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan
wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti
pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap
pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan
wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula
pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Tanggung jawab terbesar terletak
pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada karyawan, tetapi
terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewemang terbesar adalah
manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai
keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.
3) Disiplin
(Discipline)
Disiplin merupakan perasaan taat dan
patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan
erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka
disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan
disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap
pekerajaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
4)
Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan
harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat
dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung
jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari
manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan
tanggung jawab serta pembagian kerja.
5)
Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan
tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan
bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula
terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya
dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu
alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pmelaksanakan
pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung
jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity
of directiion) tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung
jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.
6)
Mengutamakan kepentingan organisasi di
atas kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan
kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan
suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
Setiap karyawan dapat mengabdikan
kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran
bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya
kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang
dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
7)
Penggajian pegawai
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan
kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang
diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas
dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja.
Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian harus dipikirkan bagaimana agar
karyawan dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus diperhitungkan
agar menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan berkompetisi
untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip more pay for more prestige
(upah lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang
sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan kelesuan
dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak disiplin.
8)
Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan
pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak
ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan
berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk
menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini
juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority)
9)
Hirarki (tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya
atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada
manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini,
maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab
dan dari siapa ia mendapat perintah.
10) Ketertiban
(Order)
Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan
merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja
dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat
terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai
disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat
dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
11) Keadilan
dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah
satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran
terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan
kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang
yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya
dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
12) Stabilitas
kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan
harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar.
Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya
ketertiban dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang
berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak
terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan
dalam bekerja.
13) Prakarsa
(Inisiative)
Prakarsa timbul dari dalam diri
seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk
mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan
sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran,
keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang
dari karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai
orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan
terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah
kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang
hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14) Semangat
kesatuan dan semangat korps
Setiap karyawan harus memiliki rasa
kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja
sama yang baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai
kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain
sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu
melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka
memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp
(perpecahan dalam korp) dan membawa bencana
Tokoh organisasi klasik lainnya yang
terkenal yaitu Max Weber. Weber beranggapan bahwa dalam semua organisasi pasti
mempunyai orientasi pada sasaran yang terdiri dari ribuan individu yang
memerlukan pengendalian peraturan dari semua aktifitasnya. Untuk itu Weber
mengembangkan sebuah teori mengenai manajemen Birokrasi yang menekankan pada
kebutuhan akan hierarki yang ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan
dan wewenang dengan jelas.
Selanjutnya tokoh aliran organisasi
klasik lain yaitu Mary Parker Follett (1868-1933). Follett merupakan tokoh
aliran klasik yang membangun kerangka kerja dasar aliran klasik dalam bidang
hubungan manusia dan stuktur organisasi. Follett beranggapan bahwa tidak ada
seorang pun yang menjadi seorang yang utuh kecuali sebagai anggota sebuah
kelompok, manusia tumbuh lewat hubungan mereka dengan manusia lain dalam
organisasi.
Selanjutnya tokoh organisasi klasik
terkenal yang terakhir yaitu Chester I. Barnard (1886-1961). Seperti Follett,
Barnard juga memperkenalkan beberapa teori eleman klasik yang ia peroleh dari
pengalaman kerjanya sebagai presiden New Jersey Bell (1927) dan juga dari
pengetahuan membaca bidang sosiologi dan filosofi. Barnard beranggapan bahwa orang
berkumpul bersama dalam suatu organisasi formal tujuannya adalah untuk mencapai
tujuan yang tidak bisa mereka capai jika bekerja sendiri. Tetapi pada saat
mereka mengejar sasaran organisasi, mereka juga harus memuaskan kebutuhan
individu masing-masing.
2.
Kelebihan
Teori Manajemen Klasik:
Kelebihan teori manajemen klasik yaitu :
1)
Memberikan kontribusi mengenai
pembentukan organisasi secara Birokrasi atas dasar hierarki yang sampai saat
ini masih banyak digunakan oleh ornanisasi-organisasi modern.
2)
Memberikan anatomi organisasi formal
dengan empat unsure pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
1) Sistem
kegiatan yang terkoordinasi
2) Kelompok
orang
3) Kerjasama
4) Kekuasaan
& Kepemimpinan
3)
Memberikan tiang dasar penting dalam
organisasi formal yaitu:
1)
Pembagian kerja (untuk koordinasi)
2)
Proses Skalar & Fungsional (proses
pertumbuhan vertical dan horizontal)
3)
Struktur (hubungan antar kegiatan)
4)
Rentang kendali (berapa banyak atasan
bisa mengendalikan bawahan).
5)
Adanya prinsif pembidangan tugas yang
jelas (jurisdictional areas), umumnya diatur oleh hukum/peraturan-peraturan
administrasi, yaitu:
1)
Adanya pembagian tugas yang jelas bagi
apparatus birokrasi,
2)
Adanya pendelegasian wewenang,
3)
Setiap tugas yang dilaksanakan menuntut
keahlian/keterampilan (spesialisasi).
Sehingga orang yang dapat diangkat menjadi aparat birokrasi adalah
mereka yang mempunyai keahlian (kualifikasi).
4)
Karena pemberian / pembagian tugas
sesuai dengan kemampuan yang talah dimiliki sehingga tidak banyak waktu
terbuang yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
5)
Terdapat spesialisasi kerja sehingga
tidak banyak waktu yang terbuang untuk seseorang berpindah dari satu pekerjaan
ke pekerjaan lain, karena jika seseorang berpindah pekerjan orang tersebut
harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga akan menghambat
kemajuan dan ketrampilan pekerja
6)
Kecakapan dan keahlian seseorang
bertambah karena seorang pekerja bekerja terus-menerus dalam tugasnya yang
telah dispesialisasi sehinga kemampuan kerjanya semakin terlatih dan semakin
mahir dengan bidangnya
7)
Adanya perhatian terhadap tenaga kerja
dan peralatan (mesin) yang digunakan, sehingga kesehatan, kompensasi, tunjangan
dan kelayakan tenaga kerja dan mesin terjamin sehinga dapat menghasilkan
produktifitas yang maksimal
8)
Adanya sistem peraturan yang mengatur
hak dan kewajiban dengan jelas sehingga mendorong semua pihak untuk disiplin
dan teratur
9)
Adanya jenjang wewenang yang terumus
dengan jelas sehingga dengan adanya wewenang pekerjaan akan cepat terselesaikan
karena adanya perintah dari atasan. Selain itu
seetiap bawahan juga hanya
akan menerima instruksi dari seorang
atasan sehingga mereka tidak akan bigung dan saling lempar tanggung jawab.
10) Adanya
sistem keadilan sehingga mereka akan memperoleh perlakuan yang sama sesuai
dengan kedudukan masing-masing individu
11) Bawahan
diberi kekuasaan dan kebebasan di dalam mengeluarkan pendapatnya, menjalankan
dan menyelesaikan rencananya, sehingga mereka akan dapat mengeluarkan
ketrampilan dan kemampuan yang ia miliki
3.
Kritik
Teori Aliran Klasik:
Adapun kritik terhadap pendekatan teori
klasik, antara lain:
1)
Dalam teori ini menjelaskan bahwa hanya
ada 1 syarat / cara terbaik untuk menyelesaikan semua situasi. Padahal pada
kenyataannya suatu cara / syarat / ketentuan hanya bisa digunakan pada situsi
tertentu tau hanya pada situasi normal.
2)
Menganggap manusia sebagai mesin yaitu
manusia akan bekerja keras dan terus menerus jika diberi imbalan yang lebih.
Padahal kenyataanya tidak begitu, manusia mempunyai perasaan cinta, rindu, sakit,
dan sebagainya yang walaupun di beri imbalan padasaat tertentu mereka
menolaknya
3)
Teori ini juga beranggapan bahwa jika
pekerjaan seseorang semakin dispesialisasi, maka produktifitas mereka akan
semakin bagus dan banyak (tinggi). Namun pada kenyataannya terdapat titik jenuh
yang menurunkan produktifitas dari spesialissi kerja mnusia tersebut karena
manusia mempunyai rasa bosan dan jenuh
4)
Merangsang berfikir yang mengutamakan
konformitas dan formalitas
5)
Merupakan rutinitas yang membosankan
padahal manusia mempunyai titik jenuh atau bosan terhadap suatu pekerjaan yan
diulang terus-menerus secara monoton
6)
Ide-ide inovatif tidak sampai kepada
pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi hal ini disebabkan
karena adanya sistem birokrasi yang panjang
7)
Tidak memperhitungkan organisasi
nonformal yang seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal
8)
Dijalankan secara berlebihan yaitu
organisasi dijalankan secara terus-menerus kerena mengejar produktifitas tinggi
tanpa menganggap perasaan manusia yang adakalanya jenuh, bosan, rindu, galau,
dan sebagainya
9)
Terlalu banyak aturan yang
berbelit-belit
10) Kecenderungan
menjadi orwelian yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan,
bukan mengendalikan urusan.
B.
Aliran
Hubungan Manusia
1. Pengertian Hubungan Manusiawi
Hubungan manusiawi merupakan
terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan
hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya
dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai
nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya
mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika ditinjau dari
sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi
interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih
dan bersifat dialogis. Dikatakan bahwa hubunngan manusiawi itu komunikasi
karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang.
Ada dua pengertian hubungan
manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi
dalam arti sempit.
1) Hubungan Manusiawi dalam arti Luas
Hubungan manusiawi dalam arti luas
ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan
dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan manusiawi dilakukan dimana saja:
dirumah, di jalan, di dalam bis, dalam kereta api dan sebagainya.
Berhasilnya seseorang dalam
melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia bersifat manusiawi: ramah, sopan,
hormat, menaruh penghargaan dan lain-lain sikap yang bernilai luhur.
Bahwa manusia harus bersikap
demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa, secara kodratiyah, selain
homo sapiens sebagai makhluk berfikir yang membedakannya dengan hewan manusia
juga merupakan homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa
orang lain. Dan sebagai makhluk sosial ia harus berusaha menciptakan keserasian
dan keselarasan dengan lingkungannya.
Sebagai anggota masyarakat, manusia
hidup dalam dua jenis pergaulan yang sebagaimana telah diterangkan di bab
terdahulu, oleh Ferdinand Tonnies disebut Gemeinschaft dan gesellschaft. Dalam
gemeinschaft seseorang bergaul dalam suatu kehidupan yan sangat akrab,
sedemikian akrabnya sehingga penderitaan atau kebahagiaan yang dialami orang
lain dirasakan olehnya seperti penderitaan atau kebahagiaannya sendiri.
Kehidupan keluarga atau kehidupan berteman yang sangat akrab termasuk ke dalam
gemeinschaft.
Ciri lain dari gemeinschaft ialah
bahwa seseorang anggota gemeinschaft tidak bisa keluar masuk masyarakat itu
menurut kemauannya saja. Seorang ayah, misalnya, walau apapun yang terjadi
tetap ayah dari anak-anaknya. Ia tidak bisa membebaskan diri dari status ayah
itu. Sifat pergaulan gemeinschaft ialah statis,pribadi, tak rasional. Dikatakan
statis karena pergaulan hidup dalam masyarakat demikian tidak mengalami banyak
perubahan. Interaksi yang terjadi dalam suatu rumah tangga setiap hari antara
ayah, ibu, dan anak tidak mengalami dinamika. Sifatnya pribadi (personal) jika
terjadi perselisihan, dapat diselesaikan segera. Tidak rasional maksudnya tidak
ada tata cara yang mengatur pergaulannya.
Lain sekali dengan pergaulan hidup
gesellschaft, yakni kehidupan dalam suatu organisasi yang sifatnya dinamis,
tidak pribadi, dan rasional. Dinamis artinya hubungannya dengan orang banyak
bergantian. Tidak pribadi artinya tidak akrab sehingga jika terjadi benturan
psikologis, tidak mudah menyelesaikannya. Rasional artinya ada aturan-aturan
ketat yang mengikat. Dalam gesellschaft orang bergaul berdasarkan perhitungan
untung rugi. Seseorang baru memasuki pergaulan hidup gesellschaft apabila
diperkirakan ada keuntungan baginya. Ia juga bebas masuk dan keluar dari
gesellschaft sesuai dengan ada tidaknya pamrih padanya.
Akan tetapi, pergaulan hidup seperti
yang dikemukakan Ferdinand Tonnies itu sebenarnya hanyalah tipe-tipe ideal.
Pada kenyataanya tipe-tipe ekstrem 100% tidaklah mutlak ada, yang ada hanyalah
tekanan atau titik berat pada salah satu dari jenis pergaulan hidup itu.
Artinya: jika titik beratnya rasio,dinamakan gesellschaft; jika titik
beratnya perasaan, disebut gemeinschaft. Dalam gesellschaft tujuan
pergaulan lebih banyak ditekankan pada keuntungan; dalam gemeinsgaft untuk
mendapat hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Kalaupun dalam gemeinschaft
ada keuntungan yang dapat diperoleh, keuntungan itu datang dengan sendirinya;
dalam gesellschaft datang karena kewajiban yang dipaksakan dari luar. Dalam
gemeinschaft kewajiban datang bukan dari luar, melainkan dari dalam diri
sendiri. Apapun sifat pergaulan itu, apakah gemeinschaft atau gesellschaft,
tujuan hubungan manusiawi adalah pemusatan hati masing-masing yang terlibat
dalam kegiatan itu.
Eduard C. Lindeman dalam bukunya
yang terkenal, The Democratic Way of Life, mengatakan bahwa “
Hubungan manusiawi adalah komunikasi antarpersonal (interpersonal
Communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Orang
akan menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini William James,
seorang ahli ilmu jiwa dari Harvard University, AS, mengatakan bahwa ” tiap
manusia dalam hati kecilnya ingin dihargai dan dihormati”.
Dalam pada itu, Keith Davis
mengatakan bahwa human dignity (harga diri) merupakan etika dan dasar moral
bagi hubungan manusiawi. Hasil penyelidikan mengenai personal wants (keinginan
pribadi) telah menunjukkan bahwa tiap manusia ingin diperlukan sebagai human
being (manusia) dengan respect (kehormatan) dan dignity (penghargaan).
Agar seseorang merasa bahwa dirinya
dihargai sebagai layaknya manusia dapat menunjukkan dengan berbagai cara
bergantung pada situasi, kondisi, dan tujuan dilakukannya human relations itu.
2) Hubungan Manusiawi dalam Arti Sempit
Hubungan manusiawi dalam arti sempit
adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi,
interaksi disini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan
(work organization).
“Dipandang dari sudut pemimpin yang
bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah
interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja yang memotivasikan mereka
untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik ekonomis,
psikologis maupun sosial”. Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human
relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan
manusiawi adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied arts and science).
Jelas bahwa ciri khas hubungan
manusiawi adalah interaksi atau komunikasi antar personal yang sifatnya
manusiawi. Karena manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan
rohani, yang berakal dan berbudi, yang selain merupakan makhluk pribadi juga
makhluk social, maka dalam melakukan hubungan manusiawi kita harus
memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya itu.
Seperti telah disinggung sebelumnya,
dalam organisasi kekaryaan manusia merupakan strategic component karena
mempunyai peranan yang sangat penting. Organisasi kekaryaan dewasa ini
cenderung menganut filsafat yang people centered, yakni bahwa dalam organisasi
kekaryaan manusia bukan pelaksana atau alat produksi belaka, melainkan
merupakan faktor pendorong dalam mencapai tujuan.
Hubungan manusiawi dalam organisasi
kekaryaan inilah yang banyak dipelajari, diteliti, dan dipraktekkan di
negara-negara yang sudah maju sebab faktor manusia ini sangat berpengaruh pada
usaha mencapai tujuan organisasi: dapat memperlancar, dapat juga menghambat.
Dengan hubungan manusiawi, para pemimpin organisasi dapat memecahkan masalah
yang timbul dalam situasi kerja karena faktor manusia, bahkan selanjutnya dapat
menggairahkan dan menggerakkannya ke arah yang lebih produktif.
Itulah hubungan manusiawi dalam arti
luas dan arti sempit yang kedua-duanya perlu dilaksanakan oleh seorang pemimpin
organisasi dan kepala humas dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2. Tokoh Aliran
Hubungan manusiawi
Hakikatnya adalah sumber daya
manusia. Aliran timbul karena pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan
efieiensi dalam produksi dan keselarasan kerja. Para pakar mencoba melengkapi
organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi. . Oleh sebab itu para
manajer perlu dibantu dalam menghadapi rnanusia, melalui antar lain ilmu
sosiologi dan psikologi. Ada tiga orang pelopor aliran perilaku yaitu :
1. Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Sebutannya Bapak Psikologi Industri.
Sumbangannya yang terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi dalam
mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan teori-teori
manajemen lainnya. Bukunya yaitu Psikology and Industrial Efficiensy,
menguraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas harus melakukan tiga cara
pertama penemuan best possible person, kedua penciptaan best possible work dan
ketiga penggunaan best possible effect.
2.
Elton Mayo (1880 -1949)
Gerakan yang memperkenalkan
hubungannya yang diartikan sebagai satu gerakan yang memiliki hubungan timbal
batik manajer dan bawahan sehingga mereka secara serasi mewujudkan kerjasama
yang memuaskan, dan tercipta semangat dan efisiensi kerja yang memuaskan. Elton
ini terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi
menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan
efisiensi kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan
buruk.
3. William Ouchi (1981)
Memperkenalkan teori Z pada tahun
1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang.
Teori beliau didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi. Jepang
disebut tipe perusahaan Jepang dengan manajemen dalam perusahaan Amerika
-disebut perusahaan tipe Amerika. Berikut adalah perbedaan organisasi tipe
Amerika dan tipe Jepang.
3. Teknik
Hubungan Manusiawi
“Hubungan manusiawi dapat
dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah
pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia. “Demikian
kata R.F. Mainer dalam bukunya, Principle of Human Relations.
Dalam derajat intensitas yang
tinggi, hubungan manusiawi dilakukan untuk menyembuhkan orang yang frutasi.
Frustasi timbul pada diri seseorang akibat suatu masalah yang tidak dapat
dipecahkan olehnya. Dalam kehidupan sehari-hari siapa pun akan menjumpai
masalah : ada yang mudah dipecahkan, ada yang sukar. Akan tetapi, masalah
bagaimana pun akan diusahkan supaya hilang. Orang tidak akan
membiarkan dirinya digumuli masalah. Dan masalah orang yang satu tidak sama
dengan masalah orang lain. Sakit, tidak lulus ujian, lamaran pekerjaan tidak
diterima, mobil rusak, istri menyeleweng, anak morfinis, tidak mampu
menyelesaikan tugas, permohonan tidak terima dan lain-lain itu semua bisa
menyebabkan seseorang frutasi.
Orang menderita frutasi dapat dilihat
dari tingkah lakunya : ada yang merenung murung, lunglai tak berdaya, putus
asa, mengasikan diri, mencari dalih menutupi ketidakmampuannya, mencari
kompensasi, berfantasi, atau bertingkah laku kekanak-kanakan. Yang lebih parah
bagi seseorang ialah apabila frutasi disertai agresi sehingga
tingkah lakunya menjadi agresif. Ia mengambinghitamkan orang lain, menyebarkan
fitnah, merusak benda, bahkan menyerang orang, baik dengan kata-kata yang
menyakitkan maupun dengan tinju.
Apabila frutasi itu diderita oleh
karyawan, apabila jika jumlah banyak ini akan mengganggu jalannya organisasi
akan menjadi rintangan bagi tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi.
Tidaklah bijaksana jika seseorang pemimpin menagani pegawai yang frutasi dengan
tindakan kekerasan. Disilah pentingnya peranan kepada problem
situasi kepadaproblem solving behavior.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi
ada cara untuk teknik yang bisa digunakan untuk pembantu mereka yang menderita
frutasi, yakni apa yang disebut counseling (karena tidak ada perkataan
bahsa Indonesia yang tepat, dapat diindonesiakan menjadi konseling). Yang
bertindak sebagai konselor (counselor) bisa pemimpin organisasi, kepala humas
atau kepala-kepala lainnya (kepala bagian, seksi dan lain-lain)
Tujuan konseling ialah
membantu konseli, yakni karyawan yang menhadapi masalah atau yang menderita
frutasi, untuk memecahkan masalahnya sendiri atau mengusahakan terciptanya
suasana yang menimbulkan keberanian untuk memecahkan masalahnya. Ini tidak
berarti bahwa koselor memberikan arah yang khusus untuk dituruti oleh konseli.
Konselor hanya memberikan nasihat. Konseli sendiri yang harus mengambil
kesimpulan dan keputusan berdasarkan jalan yang dipilihnya sendiri. Jadi,
konselor membatu konseli memperoleh pengertian tentang masalahnya. Selama
masalahnya belum di mengerti dengan jelas untuk dihadapinya dengan jujur, tidak
akan dapat diambil langkah-langkah pemecahannya. Aspek ini menyangkut perasaan.
Koselor akan berhasil apabila ia memahami benar-benar frame of
refence konseli: pengalamannya, taraf pengetahuannya, agamannya,
pandangan hidupnya dan sebagainnya.
Dalam kegiatan hubungan manusiawi
terdapat dua jenis konseling, bergantung pada pendekatan (approach) yang
dilakukan. Kedua jenis konseling tersebut ialah directive counseling, yakni
konseling yang langsung terarah dan non-directive, yakni
konseling yang tidak langsung terarah.
1) Konseling Langsung
Konseling langsung kadang-kadang
disebut juga counselor center approanch, yakni konseling yang
pendekatan terpusat pada konselor. Dalam teknik konseling seperti ini aktivitas
utama terletak pada konselor. Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi
hubungan akrab sehingga konseli menaruh kepercayaan padanya. Selanjutnya ia
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi
yang diperolehnya itu berusaha memahami masalah yang memberati konseli.
Untuk mengetahui diagnosis yang
tepat, konseli mengemukakan fakta yang berhubungan dengan masalah itu. Jika
konseli mengemukkan kesulitannya, konselor harus merasa pasti bahwa itulah
amsalah yang dihadapi oleh konseli, yang menyebabkan ia menderita frustasi.
Konselor harus mengerti benar-benar mengenai informasi yang diperolehnya itu
sehingga ia dapat melakukan interpretasi. Hanya bisa ia mengerti dan melakukan
interpretasi, ia akan dapat memberikan nasihat dan sugesti kepada konseli.
Syarat sugesti ialah kepercayaan. Koseli akan kena sugesti kalau ia menaruh
kepercayaan kepada konselor, kalau konselor mempunyai kelebihan pengalaman dan
pengetahuan daripada konseli dan bila tingkah laku konselor tidak tercelah.
2) Konseling Tidak Langsung
Non-directive counseling atau tidak
langsung disebut jugacounselee centered approach, pendekatan yang
terpusat kepada konseli. Jenis ini dapat digunakan oleh konselor yang tidak
memiliki pengetahuan mendalam mengenai psikologi.
Dibandingkan dengan counselor
approach counseling yang tradisonal itu, counselor
approach counseling lebih ampu dalam membantu seseorang yang
menderita frutasi. Dalam konseling jenis ini, aktivitas utama terletak pada
pihak konseli, sedangkan konselor hanya berusaha agar koseli merasa mudah
memimpin dirinya sendirinya sendiri. Konseli dibantu untuk merasa dirinya bebas
untuk menyatakan isi hatinya dan sebagainya. Dalam mengemukakan semua itu ia
tidak merasa dipaksa.
Meskipun dikatakan non-directive, maksud
konselor tetap hendak membantu konseli untuk mendiagnosis gangguan jiwanya dan
berusaha menghilangkan motif-motif buruk yang menyebebkan gangguan itu.
Konselor beruhasa agar konseli menacri jalan keluar sendiri dari
kesukaran-kesukarannya. Untuk itu konselor mencipkan suasana psikologis yang
memungkinkan adanya saling mengerti, antusiasme dan sikap ramah-tamah, suasana
yang memungkinkan konseli menyatakan segala dan perasaanya. Dalam dialog dari
hati ke hati itu konselor mendorong konseli untuk menyelidiki dirinya lebih
dalam. Dengan mencetuskan isi hatinya konseli akan mengoreksi dirinya,
mengingat-ingat hal-hal yang pernah dialaminya dan memahami
pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian, motif-motif yang konstruktif akan
lebih jenis baginya dan ia merasa kebutuhan akan motif-motif tersebut.
Berdasarkan motif-motif itu ia akan memilih dengan bebas cara
bertingkah laku yang lebih baik dan meninggalkan cara-cara laku yang sebelumnya
telah menggagunya.
Dalam tanya-jawab itu, tugas
konselor memang tidak mudah. Ia harus menyingkirkan sikap super atau perasaan
diri berpangkat lebih tinggi, lebih pintar, lebih pengalaman dan sebagainya.
Masalah yang sedang
diperbincangkannya harus dinjau dari dasar pihak konseli yang sedang
dibantunya. Konselor harus bersikap empati, yakni turut merasakan yang sedang
dirasakan oleh konseli, ingin membebaskan dia dari ganjalan jiwanya. Hanya
dengan bersikap demikian pimpinan organinasi atau kepala humas yang berfungsi
sebagai konselor itu akan berhasil dalam tugasnya.
Demikian beberapa hal mengenai
hubungan manusiawi sebagai kegiatan yang termasuk kedalam hubungan masyarakat
dalam rangka membina hubungan yang harmonis antara organisasi yang diwakili
pimpinannya sendiri atau kepala humas dengan khalayak, baik khayak dalam maupun
khayak luar. Dan itulah pula pembahasan sederhana mengenai hubungan masyarakat
sebagai objek studi ilmu komunikasi.
4. Teknik
Pendekatan Hubungan Manusiawi
Hubungan manusia pada umumnya
dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah
pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk
melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik
pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan
social budaya (sosio-cultur approach).
1) Pendekatan
Emosional (Emosional Approach)
Teknik penekatan yang biasanya
digunakan dalam pendekatan semacam ini biasanya bersifat icing (baca: aising),
yaitu seni menata pesan dengan emotional appeal sedemikian rupa, sehingga
komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Bisa dianalogikan dengan kue yang baru
dikeluarkan dari panggangan yang ditata dengan lapisan gula warna-warni
sehingga kue yang tadinya tidak menarik menjadi indah dan memikat. Dalam
hubungan ini komunikator mempertaruhkan kepercayaan komunikan terhadap fakta
pesan yang disampaikan, maka teknik ini berujung pay off atau
reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara
“mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada
umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai senjata yang
ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan
bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.
2) Pendekatan
Sosial-Budaya (Sosio Culture Approach)
Salah satu tujuan komunikasi adalah
tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan, maka dianjurkan bagi
komunikator terlebih dahulu memahami perilaku social
serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi
komunikan. hal ini bertujuan agar komunikan, lebih memahami serta
tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh
komunikator, selain hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan
tidak dapat terlepas dari budaya. oleh karena itu pesan akan lebih
mudah diterima jika tidak menghilangkan aspek–aspek seni budaya yang berada di
sekitar komunikan berada. Jika komunikator tidak
memperhatikan kerangka budaya yang berkembang di tengah-tengah
komunkan. maka tidak menutup kemungkinan pesan yang disampaikan akan
mendapatkan penolakan penolakan, pasalnya budaya yang digunakan oleh masyarakat
berasal dari falsafah hidupnya, serta menjadi suatu aturan yang
secara tidak langsung digunakan dalam kehidupannya sehari-hari
termasuk ketika seseorang mengaplikasikan pesan–pesan yang disampaikan. Jika
pesan tersebut dapat selaras dengan budaya komunikan maka pesan tersebut dapat
menjadi suatu behavioral, yakni suatu dampak yang timbul pada
komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.
C.
Teori Manajemen Modern
Manajemen modern adalah manajemen yang pada periodenya
ditandai dengan sudah dipelajari manajemen sebagai ilmu yang mempunyai
dasar-dasar logika ilmiah, sehingga banyak melibatkan ahli manajemen maupun
ahli ekonomi untuk melakukan penelitian tentang manajemen yang menghasilkan
berbagai teori maupun aliran manajemen. Teori-teori ini pertama kali dirintis
oleh; Robert Owen, Adam Smith, Charles Babbage dan Max Weber.
1.
Sejarah Munculnya Teori Modern
Pada perkembangan peradaban manusia,
ilmu terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1) Ilmu Eksakta,
yaitu ilmu yang mempelajari setiap / seluruh gejala, bentuk dan eksistensinya
yang erat hubungannya dengan alam dan isinya secara universal mempunyai sifat
yang pasti serta tidak dipisahkan oleh ruang dan waktu. Misal Fisika, Kimia,
Biologi.
2) Ilmu Sosial /
Non Eksakta, yaitu ilmu yang memeplajari seluruh gejala manusia dan
eksistensinya dalam hubungannya setiap aspek kehidupan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Misal ekonomi, psikologi, hokum dan lain-lain.
3) Ilmu
Humaniora, yaitun kumpulan pengetahuan yang erat hubungannya dengan seni.
Missal seni tari, lukis, sastra, suara dan lain-lain.
Ilmu manajemen merupakan salah satu ilmu social yang
mulai berkembang tahun 1800, dengan aliran atau teori klasik yang pertama kali
muncul. Berkembangnya teori klasik dengan banyak tokoh dan pandangan, masih
memunculkan ketidakpuasan bagi sekelompok dan tokoh yang lain sehingga muncul
aliran atau teori baru yaitu Neo-Klasik. Dan seiring perkembangan juga
perubahan kebutuhan yang serba cepat, praktis dan efisien, munculahl kembali
aliran atau teori baru yaitu manajemen modern.
Munculnya teori Modern lebih kepada aliran kuantitatif
yang merupakan gabungan dari Operation Research dan Management Science. Aliran
ini merupakan berkumpulnya para sarjana matematika, fisika, dan sarjana eksakta
lainnya dalam memecahkan masalah-masalah yang lebih kompleks. Pada awalnya tim
sarjana yang berasal dari Inggris dan Amerika Serikat, yang lebih dikenal
dengan sebutan “OR Tema” digunakan untuk memecahkan masalah pada saat perang.
Dan sesudah perang Dunia II tim ini dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang
ruwet dalam bidang industry, seperti bidang transportasi dan komunikasi.
Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang
member perhatian pada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok digunakan
untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab
masalah-masalah social individu seperti motivasi, organisasi dan kepegawaian.
Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur
Operation Research lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen Modern dan
pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang
kompleks. Adanya bantuan komputer, dapat memberi pemecahan masalah yang lebih
berdasar rasional bagi para manajer dalam membuat keputusannya. Teknik-teknik
ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan
penting, seperti dalam hal penganggaran modal, manajemen cash flow, penjadwalan
produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia dan
sebagainya. Meski dengan berkembangnya ilmu ini juga memiliki sisi kelemahan.
2.
Tokoh-tokoh Toeri Manajemen Modern
Manajemen modern berkembang dalam
dua aliran. Aliran pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan
manusiawi yang dikenal sebagai Perilaku Organisasi. Aliran kedua dibangun atas
dasar ilmiah dikenal sebagai aliran Kuantitatif (Operation Research dan
Management Science atau manajemen Operasi).
Perkembangan aliran Perilaku
Organisasi ditandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang perilaku manusia
dan sistem social. Tokoh-tokoh aliran Perilaku Organisasi antara lain :
1) Abraham Maslow, yang mengemukakan adanya idquo, yaitu Ego dan Super
Ego, dan Hirarki Kebutuhan Manusia, dalama penjelasannya tentang perilaku
manusia dan dinamika motivasi.
2) Douglas McGregor, yang terkenal karena mengemukakan teori X dan teori
Y.
3) Frederick Herzberg, yang mengemukakan teori motivasi higienis dan teori
dua factor.
4) Robert Blak dan Jane Mounton, yang membahas lima gaya
kepemimpinan dan kisi-kisi manajerial (managerial grid).
5) Chris
Argyris, yang memandang organisasi sebagai sistem social atau sistem hubungan
antar budaya.
6) Edgar
Schein, yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi dan
lain-lainnya.
3.
Prinsip-prinsip
Dasar Perilaku Organisasi dalam Manajemen Modern
Prinsip-prinsip Dasar Perilaku
Organisasi dalam Manajemen Modern yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tersebut
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Manajemen
tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan, prosedur dan
prinsip).
2) Manajemen
harus sistematis, pendekatannya harus dengan pertimbangan konservatif.
3) Organisasi
sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan
harus sesuai dengan situasi.
4) Pendekatan
motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi
sangat dibutuhkan.
4.
Aplikasi Teori Aliran modern Pada Kehidupan Manusia
Pada aplikasi manajemen yang
diterapkan pada tiap perusahaan dan organisasi berbeda-beda. Perbedaan mencolok
terjadi pada perusahaan berskala besar dengan perusahaan kecil bahkan home
industry. Perubahan kondisi ekonomi global disiasati oleh para manajemen
dengan menggunakan satu teori atau menggabungkan beberapa teori manajemen yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.
Banyak perusahaan yang telah
mengaplikasikan teori modern dalam sistem manajemennya, terutama untuk berbagai
kegiatan penting, seperti dalam hal penganggaran modal, manajemen cash flow,
penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya
manusia dan sebagainya. Hal ini untuk efisiensi waktu, tenaga dan biaya.
Meskipun teori ini memiliki kelemahan karena sisi kemanusiaan yang mulai
tergeser.
Guna meminimalisir kekurangan dari
teori ini, banyak perusahaan menggabungkan beberapa teori manajemen baik
klasik, neo klasik maupun modern. Pencapain tujuan bersama organisasi dapat
terakomodir, sehingga diharapkan kepuasan dapat dicapai oleh masing-masing
anggota dari suatu organisasi atau perusahaan.
D.
Aliran Kuantitatif
1.
Sejarah Aliran Kuantitatif
Aliran kuantitatif
untuk manajemen mulai berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris
ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris
kemudian membentuk Team Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S
Blackett. Team ini terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya.
Inggris berhasil menemukan terobosan-terobosan penting dari team tersebut.
Amerika Serikat kemudian meniru, membentuk team riset operasi seperti yang
dibentuk Inggris. Komputer digunakan untuk menghitung model-modek matematika
yang dikembangkan. Ketika perang selesai, model-model dari riset operasi
tersebut kemudian diaplikasikan ke Industri. Industri juga mengalami
per-kembangan pesat dengan persoalan-persoalan yang semakin kompleks. Persoalan
tersebut tidak dapat lagi dipecahkan dengan metode-metode konvensional. Model
riset operasi diperlukan dalam hal ini. Beberapa model riset operasi : CPM
(Critical Path Method) yang digunakan untuk merencanakan proyek, teori antrian
untuk memecahkan persoalan antrian.
Manajemen operasi
merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini lebih
sederhana dan dapat diaplikasikan langsung pada situasi manajemen. Beberapa
contoh model manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ
(Economic Order Quantity), simulasi, analisis break-even, programasi lenier
(linear programming). Manajemen operasi sering dianggap sebagai aplikasi dari
riset operasi.
2.
Sumbangan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/ Manajemen Sains)
Pendekatan kuantitatif
memberikan sumbangan penting terutama dalam perencanaan dan pengendalian.
Model-model yang dikembangkan sangat sesuai untuk fungsi tersebut. Sebagai
contoh, model CPM bermanfaat untuk perencanaan dan pengendalian proyek.
Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang kompleks.
Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat disederhana
kan menjadi model matematika. Meskipun nampaknya model matematika dengan
formula-formula yang sulit dimengerti sangat kompleks, tetapi model tersebut
bermaksud menyederhanakan dunia nyata yang sangat kompleks. Dengan model
matematika, faktor-faktor yang penting dapat dilihat dan diberi perhatian
ekstra.
3.
Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/ Manajemen Sains)
Sayangnya model
kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti oleh
kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat
persoalan peri laku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian
potensi model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat
dikembangkan lebih lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang
lebih berarti.
Muncul aliran ini
lebih kepada aliran kuantitatif merupakan gabungan dari Operation Research dan
Management Science. Pada aliran ini berkumpul para sarjana matematika, pisik,
dan sarjana eksakta lainnya dalam memecahkan masalah-masalah yang lebih
kompleks. Tim sarjana ini di Inggris, di Amerika Serikat, sesudah perang Dunia
II dikenal dengan sebutan “OR Tema” dan setelah perang dimanfaatkan dalam
bidang industri. Masalah-masalah ruwet yang memerlukan “OR Tim” ini antara lain
di bidang transportasi dan komunikasi.
Kehadiran teknologi
komputer, membuat prosedur OR lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen
Modern. Pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen
yang kompleks. Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi pemecahan masalah yang
lebih berdasar rasional kepada paramanajer dalam membuat putusan-putusannya.
Teknik-teknik ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam
berbagai kegiatan penting, seperti dalam haL penganggaran modal, manajemen cash
flow, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber
daya manusia dan sebagainya. Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang
memberi perhatian kepada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok untuk
bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab
masalah-masalah sosial individu sepertimotivasi, organisasi dan kepegawaian.
Konsep dari aliran ini sebenarnya sukar dipahami oleh para manajer karena dapat
menyangkut kuantitatif sehingga para manajer itu merasa jauh dan tidak terlibat
dengan penggunaan teknik-teknik ilmu manajemen yang sangat ilmiah dan kompleks.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan teori manajemen dimulai
dari teori manajemen klasik dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan
teori organisasi klasik dari Mayo. Manajemen ilmiah menekankan pada upaya
menemukan metode terbaik untuk melakukan tugas manajemen secara ilmiah.
Sedangkan teori organisasi klasik menekankan pada kebutuhan mengelola
organisasi yang kompleks yang mefokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan
prinsip dan ketrampilan yang mendasari manajemen yang efektif.
Perkembangan yang memberik focus
yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen
neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih menekankan pada
perilaku baik pada perilaku manusia maupun perilaku organisasi. Manajemen yang
baik menurut teori neo klasik ini adalah manajemen yang mefokuskan diri pada
pengelolaan staf secara efektif yang didasari akan pemahaman yang mendalam dari
segi sosiologis maupun psikologis.
Perkembangan selanjutnya yaitu
dengan menekankan pendekatan sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari
bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan. Namun saat ini
penerapan manajemen didasarkan pada pendekatan kontingensi yang memadukan
antara aliran ilmiah dengan perilaku dalam suatu sistem yang diterapkan menurut
situasi dan lingkungan yang dihadapai.
B. Saran
Berdasarkan materi makalah pengantar
Manajemen di atas, maka ada empat unsur pokok yang kami sarankan agar pembaca
memeperhatikan, pembahasan tersebut. Karena keempat unsur inilah, merupakan
induk sejarah sehingga terbentuklah ilmu tentang manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Stoner,
James A.F.dkk.1996.Manajemen Jilid 1.Indonesia:PT Bhuana Ilmu Populer
Effendy,
Onong Uchjana.1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/08/perkembangan-teori-manajemen/
http://hardiaputra.blogspot.com/2008/03/teori-organisasi-klasik.html
http://afrita1804.blogspot.com/2011/03/charles-babbage-tokoh-manajemen-teori.html
http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-perkembangan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_manajemen
http://nurfatomi.wordpress.com/2010/10/14/teori-oragnisasi/
http://aditya.ngeblogs.com/2009/10/20/perkembangan-teori-manajemen/
Amirullah, Haris Budoyono 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh.
2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. 2009.Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Pidarta Made DR. 1988. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara.
0 Response to "Teori Manajemen"
Post a Comment