Makalah Hadist Tentang Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat
Tugas Individu Dosen Pembimbing
Studi Hadist Munawaroh
Hadist
Tentang Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat
OLEH:
Kelompok
5 :
1.
Khalidah
M. Noer Harahap
2.
Rani
Rahmawati Harneta
3.
Hidayatur
Rahman
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SULTAN
SYARIF KASIM
RIAU
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Hadist Tentang
Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya
Penulis sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Studi Haddist dan
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Hadist Tentang Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah penulis buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Pekanbaru, 15 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Macam-macam keseimbangan dalam hidup.............…................................3
B. Keseimbangan Pendidikan menurut Isi…..................................................10
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehidupan
dunia bersifat fana dan semu. Kehidupan sebenarnya adalah kehidupan setelah
mati. Namun banyak manusia yang lupa atau melupakan diri. Mereka mengabaikan
tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Alloh SWT.
Di
era perkembangan zaman yang semakin maju, terjadi kemerosotan dalam
pemeliharaan keimanan. Seperti perekonomian yang berkembang justru memalingkan
perhatian manusia untuk lebih mencari harta, bahkan sampai lupa waktu hingga
mendewakannya. Di lain sisi terdapat sebagian kaum muslim yang terjebak pada
ibadah ritual semata dan cenderung meninggalkan perkara duniawi. Sepanjang
hidupnya dihabiskan untuk beribadah dengan cara mengasingkan diri (uzlah) dari
masyarakat dan berbagai cara lainnya.
Dunia
merupakan ladang akhirat. Siapa yang menanam kebaikan akan memanen kebaikan
pula. Namun, Allah juga mengingatkan untuk tidak melalaikan kehidupan duniawi,
seperti makan, minum, bekerja, dan memberi nafkah keluarga. Maka dari itu, kami
akan membahas hadits-hadits yang berkaitan dengan keseimbangan dunia dan
akhirat.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari pemaparan diatas pemakalah menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa saja hadist-hadist tentang keseimbangan hidup
dunia dan akhirat?
2.
Apa itu
macam-macam keseimbangan dalam hidup?
3.
Bagaimana
kesimbangan pendidikan menurut Islam?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui hadits tentang keseimbangan
dunia dan.
2.
Mengetahui macam-macam keseimbangan
dunia dan akhirat.
3.
Mengetahui kesimbangan pendidikan
menurut islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Macam-macam
keseimbangan dalam hidup
Allah telah
memberikan predikat kepada umat islam sebagai umat yang pertengahan, yaitu umat
yang berada di tangah-tengah antara umat-umat lainnya. Umat yang berada di
tengah karena mampu menyeimbangkan dan meratakan amal dalam seluruh aspek
kehidupan ini. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا .
Artinya:. dan demikian (pula) Kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. “(Al-Baqarah: 143)
Umat Islam menjadi umat
pertengahan dan mampu menjadi saksi bagi umat-umat yang lainnya, karena
mempnyai beberapa kelebihan. Diantaranya adalah:
1.
Seimbang antara Ilmu dan Amal
Seoarang
muslim dalam hidupnya harus bisa menyeimbangkan antara ilmu dan amal. Tidak
boleh hanya menekankan ilmu saja, tanpa diimbangi dengan amal perbuatan yang
nyata. Sifat seperti ini adalah sifat yang dimurkai oleh Allah Subhanahu
Wata’ala, Sebagaimana dijelaskan dalm firman-Nya, dalam (Surat Shof ayat 2-3).
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Mengatakan
sesuatu yang tidak dikerjakan , artinya seseorang hanya berkutat pada teori
belaka dan berjalan di atas konsep yang kosong. Dia menjadikan ajaran islam hanya
sebagai Islamologi, ilmupengetahuan tentang islam yang hanya
dibicarakan, didiskusikan dan diseminarkan tanpa ada praktik dalam kehidupan
sehari-hari. Lebih Ironis lagi, amalan sehari-harinya justru bertentangan
dengan ajaran Islam yang biasa dibicarakan di berbagai tempat.
Ini adalah
sifat orang-orang yahudi . mereka dikaruniai oleh Allah ilmu yang sangat
banyak, tetapi perbuatan mereka tidak mencerminkan ilmu yang dimiliki, justru
digunakan untuk membuat kerusakan di muka bumi dengan menipu dan membodohi
orang lain demi kepentingan dunia mereka. Orang-orang yahudi inilah yang
dimurkai Allah di banyak tempat dalam Al-Qur’an. Disisi lain, umat islam juga
tidk boleh hanya menekankan amal ibadah saja tanpa diimbangi dengan ilmu yang
cukup. Sebelum beramal harus diketahui dulu teori dan ilmunya,. Sehingga
diharapakan amal yang dilakukan tersebut benar tidak menyeleweng.
Sehingga dia
akan berjalan pada jalan yang lurus dan benar yang akan mengantarkannya pada
tujuan. Beramal tanpa disertai ilmu yang cukup akan menyebabkan seseorang
tersesat dijalan, sehingga tujuannya tidak akan tercapai . Inilah yang
dilakukan oleh orang-orang Nashrani yang bersemangat di dalam beribadah, tetapi malas menuntu ilmu sehingga di cap oleh Allah semoga
umat yang sesat.
Allah telah
menggambarkan ketiga umat ini dengan cirinya masing-masing di dalam surat
Al-Fatihah,
اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)
Artinya:”6. Tunjukilah Kami
jalan yang lurus, 7. (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
Jalan yang
lurus adalah jalannya umat islam, yaitu umat yag menggabungkan antar ilmu dan amal
secara bersamaan. Sedang jalan orang-orang yang dimurkai oleh Allah adalah
jalannya umat Yahudi yang hanya menekankan kilmuan dan kosong dari pengamalan.
Sedang jalan-jalan orang-oran yang sesat adalah jalannya umat Nashara yang
hanya semangat dalam beribadah, tapi tidak punya bekal ilmu yang cukup.
2.
Seimbang antara rasa takut dan harapan
Seorang
muslim di dalm hidupnya tidak boleh selalu di liputi rasa takut terhadap
dosa-dosa yang dikerjakannya, sehingga menimbulkan rasa putus asa terhadap
rahmat dan ampunan dari Allah. Sebaliknya pula, dia juga tidak boleh berlebihan
di dalam menghrap rahmat dan ampunan Allah sehingga meremehkan dosa-dosa yang
dikerjakan, bahkan menggap enteng dosa besar dengan dalil bahwa Alla adalah
Maha Pengampun.
Muslim yang
baik menggabungkan antara kedua hal diatas, Yaitu menggabungakn rasa takut
terhadap siksaan karena dosa-dosanya karena waktu yang sama, dia sangat
mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya. Dua hal ini merupakan dua sayap orang
muslimyang baik, sehingga dengan keduanya dia mampu terbang keangkasa dengan
bebas dan penuh percaya diri. Jika salah satu dari kedua sayap itu tidak ada,
maka secara otomatis dia aka terjatuh dalm jurang kehancuran dunia dan akhirat
kelak.
Allah SWT
telah menggambarkan dengan indah kedua hal tersebut yang terdapat dalam diri
seorang muslim yang baik.
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ
يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ
رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا (٥٧)
Artinya: “57. orang-orang yang
mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka[857] siapa di
antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan
takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.
3.
Seimbang di dalam menjalankan ajaran agama. Sehingga tidak bersikap
berlebihan (ifraath) dan juga tidak bersikap meremehkan (tafriith)
Seorang
muslim tidak boleh berlebih-lebihan dalam menjalankan ajaran Islam, yaitu
melampui batas dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Misalnya belebih-lebihan dalam melaksanakan shalat Tahajud sehingga tidak ada
waktu tidur sama sekali, yang membuatnya lemah dan kusut pada pagi hari, serta
tidak semngat menjalani kehidupan sehari-hari karena belum istirahat semalam
penuh. Begitu juga seorang muslim tidak boleh melakukan puasa” ngableng” (puasa
setiap hari) tanpa berbuka sedikitpun, atau membujang selamnya, tidak mau
menikah dengan seorang perempuan dengan dalih bahwa menikah itu akan melalaikan
ibadahnya.
Itu semua
adalah bentuk-bentuk berlebih-lebihan di dalam menjalankan ajaran agama yang
dilarang di dalam Islam. Islam mengjarkan kepada umatnya untuk selama seimbang
di dalam iadah dan muamalhnya. Dalam suatu Hadist yang diriwayatkan oleh Anas
bin Malik, ia berkata:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قا ل:قا ل
رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان الدين يسر ولن يشا دا الدين احد الى غلبه فسددوا
وقاربوا وابشروا واستعينو بلغدوة والروحة وشيء من الد لجة
Artinya: “Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit diri
berlebih-lebihan) didalam mengamalkan agama ini, kecuali dia akan dikalahkan
(semakin berat dan sulit) maka mereka berlakulah lurus kalian, mendekatlah
(kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan
Al-Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruh (berangkat setelah dzuhur) dan
sesuatu dari ad-duljah (berangkat diwaktu malam)”. (HR. Bukhari, No.38)
Allah SWT
juga melarang umat-umat terdahulu untuk tidak berlebihan di dalam mengamalkan
agama. Sebagaimana larangan Allah dalam (Q.S Al-Maidah:77) yang berbunyi:
قُلْ يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلا تَتَّبِعُوا
أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ
سَوَاءِ السَّبِيلِ (٧٧)
Artinya:”77. Katakanlah:
"Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan
cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus".
Disamping
larangan berlebih-lebihan di dalam meelaksanakan ajaran agama Islam, seorang
Muslim dituntut juga untuk tidak meremehkan dan bermalas-malasan. Jadi harus
seimbang dan bersikap wajar.
4.
keseimbangan antara dunia akhirat
Muslim yang
baik dituntut untuk memikirkan dan mempersiapkan diri untuk mencari bekal yang
akan dibawa yang akan dibawanya ke alam akhirat kelak, pada saat yang sama dia
tidak boleh melupakan keberadaanya di dunia yang di jalani ini, sebagaimana
hadist Rasulullah SAW:
Artinya: “Bukankah orang yang
paling baik diantara kamu orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk
mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat
memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju
kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain”.(H.R. ‘Asakir dan
Anas)
Dari hadist
tersebut diljelaskan bahwa ada sebagian orang yang menugutamakan akhirat dari
pada kehidupan dunia, oleh karena itu dia akan terus berdzikir dan beribadah
kepada Allah dan melalaikan kehidupan dunia. Cara hidup seperti ini bukanlah
cara hidup yang baik menurut Rasulullah.
Ada pula
orang yang lebih mengutamakan kehidupan didunia dari pada kehidupan akhirat,
oleh karena itu dia akan terus bekerja untuk mengejar dunia, sehingga ia lupa
akan Allah. Cara hidup seperti ini juga bukanlah cara hidup yang baik menurut
Rasulullah. Kehidupan yang baik ialah kehidupan seseorang yang mampu mampu
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya dengan menyadari bahwa hidup
didunia akan ada akhirnya, dan bekal bekal hidup di akhirat hanyalah amal
shaleh yang kita lakukan selam hidup didunia. Dan ada Hadist nabi yang
juga menganjurkan untuk seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat yaitu:
خيركم من لم
يترك اخرته لدنياه ولادنياه لاخرته ولم يكن كلا على الناس(رواه الخطيب عن انس)
Artinya: “orang yang paling
baik diantarakamu ialah, barang siapa yang tidak meninggalkan akhiratnya karena
dunianya, tidak pula meniggalkan dunianya karena akhiratnya dan dia tidak
menjadi beban orang banyak”.
Sebagai umat
Islam kita dilarang untuk menjadi beban orang lain, maka dari itu kita harus
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan kemampuan kita
sendiri.
Rasulullah
SAW memotivasi kita agar kita menjadi mukmin yang kuat, karena Allah menyukai
mukmin yang kuat. Dalam mencapai sesuatu yang bermanfaat kita harus
bersenmangat dan juga diiringi dengan memohon pertolongan Allah agar dipermudah
jalannya. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad SAW:
عن ابى هريرة
رضي الله عنه المؤ من القوي خير واحب الي الله من المؤمن الضعيف وفي كل خير احرص
على ما ينفعك واستعين باالله ولما تعجز(رواه مسلم)
Artinya: Mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, sedangkan
pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah lkamu untuk mencapai sesuatu
yang beermanfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu
merasa tidak berdaya”.(H.R. Muslim)
Dalam
mengerjakan sesuatu kita harus bersungguh-sungguh melakukannya agar hasilnya
baik, namun disaat beribadah kepada Allah kita harus dengan dengan setulus hati
bribadah kepada-Nya seakan-akan kita tidak akan pernah hidup lagi (mati
besok).Sebagiamana hadist Nabi:
اعمل لدنياك
كاانك تعيش ابد وعمل لماخرتك كانك تموت غدا(رواه البيهقي)
Artinya:“Bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu
seakan-akan kamu akan mati besok”.[4]
B.
Keseimbangan
Pendidikan menurut Islam
Didalam al-Qur’an telah
berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya
kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an
bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi.
al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya:.” Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Al-Qur’an juga telah
menerangakn manusia agar mencari ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam al-Qur’an
surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:
فَلَوْلا
نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ
وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
(١٢٢)
Artinya: “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Dari sini kita dapat
mengetahui pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena
dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang
benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang
membawa madharat.
Dalam sebuah sabda Nabi Muhammad SAW, dijelaskan :
طلب العلم فريضة
علئ كل مسلم
ومسلمة
Artinya:“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim laki-laki dan
perempuan”.(H.R. Ibnu Majah)
Hadist tersebut menunjukkan
bahwa islam mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan.
Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan. Islam menekankan
akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia akan bejalan mengarungi
kehidupan ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia
semakin terlunta-lunta kelak dihari akhirat.
Orang yang mempunyai ilmu dengan orang yang tidak mempunyai ilmu itu
sangatlah beda. Karena orang yang mempunyai ilmu itu meskipun hidupnya
itu dalam keadaan faqir, tentupun orang itu akan tetap terasa nyaman tentram dalam
hidupnya, dengan ilmu tadi oang tersebut bisa menerima rizqi dari Allah SWT
dengan ikhlas sehingga oaran tersebut akan bersyukur dengan segala apa yang
diberiakn oleh Allah.
Dan juga masalah ibadah orang yang mempunyai ilmu tentu ibadahnya akan
lebih sempurna daripada orang yang ibadahnya orang yang tidak mempunyai ilmu.
Maka dari itu barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan dalam dunia dan
akhirat, harus dengan’ ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadistnya
من اراد الد
نيا فعليه بلعلم ومن اراد الاخرة فعليه بلعلم ومن ارادهما فعليه
بلعلم
Artinya: “Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barang
siapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa
menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu.”
Dari sini manusia seyogyanya selalu berusaha untuk menambah kualitas ilmu
pengetauhuan dengan terus berusaha mencari hingga akhir hayat.
Dalam Al-Qur’an surat Thaha 114 disebutkan:
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (١١٤)
Artinya: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya
ialah setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan
berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia yang lainnya. Dengan
bekal itu kemudian dia belajar mula-mula melalui hal yang dapat di Indera
dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan. Selanjutnya
bertahap dari hal-hal yang dapat di indra kepada yang abstrak, dan dari yang
dapat dilihat kepada yang dapat di pahami. Sebagaimana hal in disebutkan dalam
teori Empirisme dan Positivisme dalam Filsafat. Dalam firman Allah ( QS.
An-Nahl:78).
Sebagaimana telah di paparkan diatas, dalam pengetahuan manusia tidak hanya
sebatas apa yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia, namun juga semua
pengetahuan yang dapat menyelamatkannya di akhirat kelak.
Manusia tidak dianjurkan oleh Islam untuk hanya mencari pengetahuan yang
hanya berorientasi pada urusan akhirat saja. Akan tetapi, manusia diharapakan
tidak melupakan pengetahuan tentang urusan akhirat saja. Meskipun kehidupan
dunia ini hanyalah sebuah permainan dan senda gurau belaka, atau hanyalah
sandiwara rekayasa yang diciptakan oleh Tuhan semesta alam. Namun, pada
dasarnya manusia diharapkan mampu menjaga keseimbangan dirinya dalam menjalani
relita kehidupan in, termasuk dalam mencari pengetahuan.
Islam menghendaki pengetahuan yang benar-benar dapat membantu kemakmuran
dan kesejahteraan hidup manusia. Yaitu pengetahuan terkait urusan Duniawi danUkhrowi, yang
dapat menjamin kesejahteraan dalam hidup manusia di dunia dan di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas pemakalah menyimpulkan:
1.
Macam-macam
keseimbangan dalam hidup ada 4 yaitu:
-
Kesimbangan
antara Ilmu dan Amal
Mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakan,artinya seseorang hanya
berlandaskan teori belaka diibartakan sesorang itu berjalan diatas konsep yang
kosong.
-
Keseimbangan
antara rasa takut dan harapan
Muslim yang baik mampu baik itu mampu menggabungkan antar kedua hal
tersebut yaitu menggabungkan antara rasa takut terhadap siksaan Allah karena
dosa-dosanya dan dalam waktu yang sama dia sangat berharapap Rahmat dan
Ampunan-Nya.
-
Keseimbangan
di dalam menjalankan ajaran agama, sehingga tidak berlebihan(ifrath) dan
juga tidak brsikap meremehkan(taftith)
Muslim yang baik adalah yang tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan
agama, yaitu melampui batas dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan
Rasul-Nya.
-
Keseimbangan
antara dunia dan akhirat
Dalam menyeimbangkan antara dunia akhirat adalah dalam mengerjakan sesuatu
kita harus bersungguh-sungguh melakukannya agar hasilnya baik, namun disaat
beribadah kepada Allah kita harus dengan dengan setulus hati bribadah
kepada-Nya seakan-akan kita tidak akan pernah hidup lagi (mati besok).
2.
Keseimbangan
dalam prespektif Islam adalah
Dimana dalam proses pendidikan
itu bisa seimbang antara Ilmu Umum dan Ilmu
agama, karena Ilmu Umum tidak akan bisa berjalan tanpa adanya Ilmu agama.
Demikainlah makalah yang dapat
kami sampaikan, semoga dapat member manfaat, dan wawasan bagi kita semua, bagi
para pembaca umumnya dan pemakalah khususnya. Kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat kami harapakan demi kesempurnaan makalh ini
selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.minbarindo.com/Sosial_Kemasyarakatan/Keseimbangan_Dalam_Hidup_Muslim.aspx
http://hasanrizal.wordpress.com/2009/10/21/tafsir-tarbawi-pendidikan-dalam-prespektif-al-qur’an%E2%80%99an
0 Response to "Makalah Hadist Tentang Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat"
Post a Comment